Esensi lingkungan belajar-mengajar yang sehat adalah
perasaan yang terdapat antara siswa dengan guru di dalam kelas.
Perasaan-perasaan yang mendasari transaksi belajar-mengajar tersebut adalah
sebagai berikut:
Penerimaan.
Penerimaan dimulai dengan guru yang memiliki kepercayaan
terhadap dirinya dan terhadap kompetensi profesionalnya. Hal ini meliputi
pengenalan dan pengakuan terhadap keterbatasan-keterbatasan mental, emosional,
social, dan fisik para siswanya. Penerimaan juga berarti kesabaran guru
menghadapi anak yang lambat dalam proses pertumbuhannya.
Rasa aman
Adanya rasa disenangi dan diterima oleh gurunya merupakan
dasar bagi adanya rasa aman bagi para siswa. Akan tetapi, rasa aman ini pun
banyak bergantung pada pengetahuan siswa tentang apa yang dapat dilakukan
mereka dan apa yang dapat diselesaikan mereka. Oleh karena itu, kuwajiban guru
memberikan tugas-tugas kepada para siswanya sesuai dengan tingkat kecakapannya
dan agar setiap siswa memperoleh keberhasilan dalam melaksanakan tugasnya. Rasa
aman akan meningkat apabila tugas-tugas kelas dibagi-bagi sedemikian rupa
sehingga setiap orang merasa memberikan sumbangan atas hasil yang dicapai.
Perbedaan-perbedaan antara para siswa
Bahwa terdapat perbedaan antara siswa yang satu dengan yang
lainnya di tiap-tiap kelas adalah hal yang sudah jelas. Yang penting ialah
bagaimana guru dapat melayani serta memperlakukan para siswa tersebut.
Keseimbangan perlu dipelihara antara suasana kelas yang otoritatif dan tidak
adanya pengarahan dari guru. Banyak perilaku siswa yang perlu dipahami dan
dilayani secara bijaksana oleh guru.
Adanya kepercayaan pada diri
anak bahwa setiap orang berhak membantu orang lain jangan cicap sebagai
perbuatan nyontek, atau anak yang tidak suka menolong yang lain dicap sebagai
anak yang suka mementingkan diri sendiri. cara belajar anak berbeda-beda
menurut kesenangannya. Yang penting adalah pemberian bimbingan dan bantuan dari
pihak guru.
Cara-cara yang demokratis
Demokrasi berimplikasi adanya rasa saling menghormati,
perencanaan yang kooperatif, tanggung jawab bersama, dan pendelegasian
wewenang. Di sekolah, suara-suara pelajar hendaknya diperhitungkan dalam
merumuskan tujuan-tujuan dan perencanaan kegiatan-kegiatan. Program pendidikan
hendaknya merupakan input yang diperlukan oleh para siswa yang menekankan
perasaan harga diri dan otonomi. Suara-suara mereka harus didengar agar mereka
cukup dihargai dan diperhitungkan. Suatu ciri sekolah yang demokratis ialah
guru percaya bahwa para siswa dapat memecahkan masalahnya sendiri, dan sikap
ini hendaknya dilatih di sekolah.
Sikap bersahabat
Hubungan guru dengan siswa tidak akan terbina dengan baik
apabila guru tidak memiliki kasih sayang yang murni terhadap para siswanya.
Untuk tujuan ini guru dapat bertindak dua hal:
Ia dapat mengenal baik karakteristik para siswa sehingga ia
mengetahui apa yang dapat diharapkan dari mereka. Ia dapat lebih mengenal tiap
siswa mengenai abilitasnya, minatnya, tetangganya, latar belakang keluarganya,
dan catatan-catatan mengenai perbuatan atau pekerjaan masa lampau para
siswanya.
Guru dapat memperlihatkan sikap bersahabatnya dengan selalu
bersikap ramah-tamah, menyediakan waktu untuk mendengarkan pendapat serta
perasaan para siswanya, serta menghindarkan situasi-situasi yang dapat
merendahkan pandangan siswa terhadap dirinya.
